TOURING AKHIR TAHUN

Entah siapa yang pertama punya ide, terbentuklah rencana untuk mengadakan touring di akhir tahun 2014 kemarin. Dari rencana awal tanggal 22 Desember mundur menjadi tanggal 24 karena salah satu personil ada yang memiliki acara maha penting katanya, tidak bisa ditinggalkan. Packing buat touring yang rencananya bakalan berhari-hari ini kok simpel sekali ya. Malah lebih ribet packing ketika mau diklat di hotel edan mahal nan dingin itu.

Rabu tanggal 24 Desember 2014, sudah siap dari jam 6 pagi. Berbekal nasi kotak doa restu dari orangtua, dimulailah touring akhir tahun ini ke Jawa Timur. Kenapa Jawa Timur? Tentu saja Jawa Timur. Adakah yang lebih eksotik dan menarik di Pulau Jawa ini selain proponsi Jawa Timur? Tidak ada kan? kan.

Tujuan utama touring ini adalah Malang dan Banyuwangi. Uyeah.... Rencana rute touring adalah Gunungkidul - Wonogiri, kemudian stay di Pacitan - selanjutnya menuju Blitar dan Malang. Tetapi mempertimbangkan saran para profesional tourer (?), rute paling enak dan cepat menuju Malang adalah melewati Jawa Timur bagian Tengah. Karena jika melewati selatan itu memutar jauh. Tidak efisien waktu. Ya okelah, manut ajalah.

Berhenti sejenak di Sukoharjo untuk sarapan pagi. Lanjut ke Solo via ringroad untuk menghindari kemacetan jalan Slamet Riyadi. Sampailah di Sragen. Ini adalah jalan tembus dari Karanganyar ketika dulu nyasar waktu pulang dari Kemuning dan lewat depan rumahnya Titis. Ya ampun ternyata nyasarnya jauh banget ya. Mana jalannya jelek banget lagi dulu, wewwww....

Sampai di Sragen kota, semangat membara mulai muncul karena sampai di tempat yang lebih jauh dari yang pernah didatangi. Selalu senang berada di tempat baru. Di Sragen ngasih note buat diri sendiri, bikin list tempat maen: Sangiran!

Melewati batas Jawa Tengah masuklah kita di Ngawi, kabupaten pertama di Jawa Timur yang menyambut kita. Wow, I'm in East Java. Rasanya deket aja gini kok Jawa Timur. Deketlah Jogja - Jawa Timur hahaha... 

Jalannya luas dan panjang seperti tak berujung. Melewati pondok Gontor putri yang terdiri dari 3 asrama dengan 1 asrama terpisah tidak terlalu jauh, tetapi agak masuk ke dalam dan dikelilingi hutan. Pondok Gontor dek Upik yang mana ya? Oh iya yang pondok putra kan adanya di Ponorogo ya.

Pemandangan akhirnya berganti dengan hutan jati  yang luas dan panjang. Hutannya terlihat menarik karena pohon-pohon jati yang berdahan lurus dilihat dari segala arah terlihat simetris. Rapi banget. Pasti dulu nanamnya teliti banget, atau malah diukur jaraknya biar persis sama.

Ngebanyangin kalau lewat sini sore atau malam kemudian ban bocor, serem... Bisa-bisa disatronin  penjahat. Atau memetwit. Hiii... Di pinggir hutan yang nggak terlalu hutan (?). ada beberapa orang juga yang berjualan. Buah-buahan, jeruk gulung ukuran besar dan melon serta semangka. Ada pula yang memajang monyet sebagai barang dagangan. Bukan monyet cokelat yang biasa itu. Tapi monyet kecil, warnanya bulunya orange. Terlihat imut dan kasihan.

Setelah hutan jati nan luas, ada pasar hewan yang berada di bawah naungan pohon-pohon jati juga. Begitu pula dengan taman yang terdapat patung bupati Wiryo (kalau nggak salah), bupati pertama Ngawi yang pertama (kalau nggak salah juga). Infonya nggak valid banget hahaha... Sepertinya kabupaten ini memiliki banyak sekali pohon jati.

Menyenangkan sekali melewati Madiun dan Nganjuk. Nostalgila karena di sebelah jalan raya adalah rel kereta apai. Biasanya dari kaca jendela kereta api melihat jalan ini, sekarang dari jalan ini melihat ke kereta api. Dulu sering membayangkan gimana ya rasanya lewat jalan ini? Mana mungkin bisa melewati jalan ini. Sekarang setelah berada di jalan ini rasanya kagum juga. Ahh jalan-jalan memang menyenangkan

Di Madiun atau Nganjuk gitu, balapan terus sama kereta api. Disalip kereta api. Apa itu, Sri Tanjung kah? Beberapa lama naik motor, berhenti karena ada pintu rel kereta api di tengah jalan. Berhenti lama gitu, mana sih kereta api nya nggak lewat-lewat. Akhirnya kereta api yang lewat itu kereta api yang nyalip kita tadi. Lah, kok malah duluan kita nyampe sininya? Ternyata oh ternyata rel kereta api jalurnya dibikin melingkar jauh gitu. Pantesan cepet kita sampainya. Tapi jadi setengah nggak terima. Ngapain sih dibikin muter jalurnya? Kan sampainya jadi lama *protes pelanggan kereta api

Di Nganjuk, mendadak di sebelah kiri ada plang Sedudo 30 kilometer. Wah Sedudo... Aduh dari dulu pengen kesana. Noh kan bener Sedudo itu di Nganjuk. Masa bu Nila bilangnya di Malang. Terus Bromo itu juga di Malang. Ye ngarang aja. Masa semua tempat wisata ada di Malang, hahaha... Duh 30 kilometer itu dekat lho. Tapi kan ya nggak mungkin ke air terjun Sedudo dulu. Hhhhhh... Ya Allah semoga suatu hari bisa kesana. Amin

Di Nganjuk, sebagian besar kendaraan besar seperti bis dan truk-truk besar berbelok ke kiri, ke arah Surabaya. Begitu pula dengan kereta api, belok ke kiri arah Surabaya dan belok ke kanan ke arah Kediri, Blitar, Malang. Tanpa ditemani kendaraan-kendaraan besar dan kereta api jalan raya jadi terlihat lebih lengang.

Masuk ke Kediri, jalannya terlihat seperti di kota sendiri, nggak terlalu ramai. Tiba di daerah Pare, tersenyum sendiri ingat niatan Ika sama mbak Dewi yang mau kursus bahasa Inggris selama sebulan. Niatan dari jaman baheula, dari jaman mbak Dewi masih gadis sampai sekarang jadi bumil, yang tak terlaksana hahaha...

Oh jadi ini kampung Inggris yang terkenal itu. Tapi kita nggak lewat kotanya sih. Jadi nggak ada tempat-tempat buat kursus itu. Lepas dari Pare, masuk kabupaten Kediri. Wah kota ini dari namanya saja jadul berbau sejarah banget. Pasti wisata sejarah di tempat ini banyak. Seru...

Makin ke pinggiran Kediri jalan mulai menanjak. Wah masuk ke pegunungan nih. Tidak lama kemudian gerbang kabupaten Malang menyambut kita. Ya Allah, sampai Malang juga. Pagi-pagi masih di Jogja, sekarang sampai di Malang. Feeling amazing... 

Tapi ini masih di kabupaten Malang paling pinggir. Jalannya berkelak-kelok dan naik turun. Pemandangannya indah, hijau semua. Ya iyalah di pegunungan gitu. Sebelah jalan kalau sawah. Sebelahnya lagi sungai. Jalannya mengikuti aliran sungai. Dari yang alirannya deras, sampai alirannya kecil bahkan hanya batu-batu besar. Rasanya seperti di Kali Kuning. Sungainya bagus. Jadi nyesel sekarang kenapa dulu nggak foto-foto ya.

Mendekati Batu jalannya jadi ramai, penuh dengan mobil berplat macam-macam. Sepertinya Malang bakal ramai dengan orang-orang yang ingin menikmati liburan Natal. Entah pas sampai dimana, mendadak ada petunjuk wisata waduk apa gitu. Dan tidak lama terlihat lah waduk entah apa namanya nun jauh disana. Wah kayak waduk Sermo. Kemudian di Kasembon kalau nggak salah, ramai dengan orang berjualan bunga dan buah-buahan. Semacam di Tawangmangu atau Kopeng gitu.

Dan sampailah kita di Pujon. Mau lewat Songgoriti tapi ragu-ragu karena petunjuknya berbelok dari jalur utama. Lewat jalur utama aja lah, takut nyasar lagian udah sore juga dan cuaca mendung. Turun dikit, eh eh eh sebelah kanan plang air terjun Coban Rondo. Oh disini tempatnya. Oke, catet.

Nggak lama kemudian sampai juga di kota Batu. Oh ternyata kita datang dari atas Batu. Turun ke bawah menuju Batu kemudian kota Malang. Welcome in Batu. Ya Allah aku di Batu lagi. Di Malang lagi. Hiks, senengnya.... . Alhamdulillah





  







0 komentar:

Blogger Template by Clairvo