Goa Seplawan, Keindahan Yang Tersembunyi


Tidak jauh dari Jogja, ternyata ada tempat wisata seru di Purworejo. Goa Seplawan namanya. Tempatnya mblusuk di Kaligesing. Melewati hutan pinus yang bagus dan sepi.


Karena masih pagi belum banyak pengunjung yang datang. Sebelum menuju ke goa, kita ke gardu pandang terlebih dahulu karena lebih dekat dengan tempat parkir. Untuk sampai ke gardu pandang harus melewati beberapa anak tangga dulu. Di kanan-kiri anak tangga ada semacam taman untuk dengan gazebo dan tempat duduk untuk bersantai. Tempatnya bagus dan bersih.


Gardu pandang ini letaknya cukup tinggi juga. Pemandangan hijau di bawah terlihat indah. Di sebelah selatan terlihat Waduk Sermo. Lho kok deket banget Waduk Sermo nya? Cuma di bawah situ. Beneran sedekat ini? Tapi Kalibiru nya mana ya? masa di bawah itu sih? Dulu jaman masih muda pernah ke Kalibiru. Kalibiru belum sebagus dan seterkenal sekarang. Masa Goa Seplawan ini di atas Kalibiru sih? seperti tidak percaya saja.


Puas menikmati gardu pandang kita ke goa Seplawan. Di bawah sudah banyak orang, ada bus membawa rombongan juga. Selama ini main ke goa bisa dihitung dengan jari. Goa Slarong, tempat persembunyian Pangeran Diponegoro di Pajangan Bantul menurut ku itu bukan goa. Hanya tebing yang menjorok agak ke dalam. Goa Cerme, terlalu ekstrem buat main. Ke Goa Cerme sih dalam rangka kegiatan susur gua.

taman goa Seplawan
Optimisme tentang goa langsung sirna begitu lihat taman di Goa Seplawan ini. Tamannya bagus. Ada banyak tempat duduk. Karena dikelilingi tebing-tebing jadi banyak pepohonan yang bikin tempat ini sejuk. Bahkan ada bunga pancawarna yang sedang berbunga. Wah bagus banget .

replika patung emas
Katanya dulu di dalam goa ditemukan patung emas. Sekarang patung emas itu disimpan di museum. Di Goa Seplawan ditinggalkan replika patung emas itu. Menjulang tinggi.

bunga pancawarna
Ada bapak-bapak yang bercerita bahwa goa disini punya banyak sekali jalur yang belum dijelajahi. Bapak itu sendiri sudah mencoba banyak jalur yang bisa tembus sampai kemana-mana. Berarti di bawah kita, mungkin juga di bawah hutan pinus yang tadi, ada lorong-lorong goa rahasia dibawahnya. Hmmmm... menarik ya. Langsung kebayang buku Lima Sekawan yang lagi berpetualang di lorong-lorong goa.


Berhubung sebagai cewek sedang kedatangan tamu, jadi tidak boleh masuk ke dalam goa. Karena penasaran tetep turun tapi hanya sampai di mulut goa  nya aja, nggak sampai masuk ke dalam.


Dari mulut goa terlihat isi perut goa. Jalan untuk para pengunjung terlihat beberapa meter. Jalannya rata dan ada penerangan di atasnya. Langit-langit goa tinggi, jadi bisa jalan tegak. Wah ini sih goa nya manusiawi. Nggak kayak goa Cerme yang super ekstrem.


Ada yang belum pernah ke goa Cerme di perbatasan Imogiri-Dlingo Bantul? Goa Cerme itu meskipun goa horizontal tapi super ektrem. Di dalam goa itu adalah sungai, jadi kita susur goa sekaligus susur sungai. Selama kurang lebih 2 jam, dalam kondisi basah dan gelap gulita karena penerangan hanya dari lampu senter yang harus kita bawa sendiri-sendiri. Tinggi langit-langit goa bervariasi, dari yang tinggi sampai yang rendah banget. Saking rendahnya kita harus jalan jongkok biar kepala nggak kena langit-langit. Bisa bocor kena stalaktit di atas. Makanya kita diwajibkan pake helm untuk keselamatan kepala. Belum lagi tinggi permukaaan sungai yang tidak sama. Ada yang semata kaki, ada yang di atas dada juga. Dan ada beberapa titik berbahaya yang tidak boleh dilalui karena kalau kita jatuh disana bakal ketarik masuk dan berujung sampai entah dimana *kata pemandu. Super danger pokoknya. Hiiii.... Klimak dari goa ini adalah ketika kita harus memanjat air terjun di dalam goa. Jadi kita di bawah air terjun, harus melawan derasnya air yang turun ke arah kita untuk bisa sampai ke atas air terjun dan melanjutkan perjalanan. Super seru dan adventurious sekali kan?

jalan keluar yang sudah tidak digunakan
Ingatan tentang goa ya pasti ekstrem gitu kayak goa Cerme. Apalagi goa vertikal macam goa Jomblang di Gunungkidul yang harus pake SRT buat turun, hadeh tambah ekstrem. Makanya melihat isi perut goa Seplawan ini rasanya agak takjub juga. Luar biasa ya dalamnya?luas. Nggak kebayang gimana goa Jatijajar yang indah itu. Apalagi goa Akbar di Tuban yang ada masjid di dalamnya. Duh jadi pengen maen ke goa-goa yang lain








2 komentar:

Indahnya Hutan Curug Lawe


Ngerti ada Curug Lawe ya dari My Trip My Adventure. Tau aja sih, tapi nggak nonton pas tayang di tv. Entah kayak apa bentuknya. Berhubung liat foto-fotonya di banyak media super bagus, penasaran juga jadinya. Perasaan pengen maen kemana kebanyakan ya gara-gara abis lihat Jalan-Jalan Men, kalau enggak ya My Trip My Adventure.


Sejauh ini main ke Semarang mentok cuma sampai di Ungaran, nggak pernah sampai kota Semarang. Ternyata Curug Lawe pun masih di Ungaran juga, tapi bukan di Bandungan. Berbekal petunjuk dari si Bram yang sering banget kesini, sampai juga kita disini nggak pake nyasar *karena ada petunjuk arah juga sih, hahaha...


Sepanjang jalan sih sepi-sepi aja. Sampai di tempat parkir ternyata udah ramai aja. Tempat parkir yang terletak di desa Kalisidi ini sepertinya dikelilingi perkebunan. Entah perkebunan apa. Yang ditanam hanya pohon yang mirip dengan dengan pepohonan di PTPN X Banyuwangi, waktu menuju ke Taman Nasional Meru Betiri dulu. Pohon apa ya? tidak ada buah yang terlihat. Hanya pohon dengan daunnya yang sangat rimbun. Jadi penasaran


Katanya dari tempat parkir ke air terjun harus berjalan kira-kira 1 kilometer. What? eh nggak heran ding. Kebanyakan air terjun kan emang kayak gini. Harus jalan jauh dulu. Kecuali air terjun Coban Rondo sih.


Dari parkiran kita agak menanjak dikit, memasuki perkebunan entah pohon apa. Pepohonan ditanam rapi, dan bentuknya seperti piramida. Semakin ke atas semakin kecil. Warna daun juga ada yang merah. Cantik deh pohonnya.


Belok kiri dan ada selokan atau sungai kecil. Di samping sungai ada jalan tanah yang sempit, cukup untuk berjalan 2 orang bersebelahan. Di samping kiri jalan sempit ini adalah tebing alias jurang. Jadi kita berjalan diapit oleh sungai dan jurang. Adventurious sekali kan? kan!


Makin lama jalannya makin sempit. Bukan lagi jalan tanah, tapi semen pinggir sungai doang. Jadi cuma bisa buat jalan satu orang. Tebingnya udah bukan tebing lagi, tapi udah jurang. Meleng dikit jatuh lah ke jurang. Jalan yang ekstrem sih nggak masalah. Malah seru. Menambah keseruan jalan-jalan ini.

lautan hijau
Hutan di Curug Lawe ini indah banget. Hijaunya itu masih asri banget. Di sebelah kanan, tebing pinggir sungai ditumbuhi pepohonan menjalar. Di seberang jurang, pepohonannya rimbun banget. Jadi dejavu, kayak pas jalan pulang dari Bromo. Full green.

Jembatan Romantis


Kemudian ada jembatan berwarna merah yang kontras dengan hijaunya pepohonan di sekelilingnya. Jembatan ini ya adalah sungai yang tadi, sungai yang dibeton, kayak di Babarsari. Selokan mataram yang dibeton. Banyak yang berhenti disini untuk foto-foto. Memang spot yang bagus untuk mengambil gambar.


Setelah jembatan, jalannya menjadi agak lebar, dari tanah. Daritadi jalan sepanjang sungai, gemes sama sungainya. Airnya bening banget, adem. Kok nggak ada yang nyebur main air ya? mungkin kedinginan kalau maen air. Mungkin mau maen airnya di air terjun.



Setelah belokan jalannya serem. Sempit banget cuma pinggir sungai. Sungainya pun menyempit. Jadi sisi kanan kita tebing meninggi di atas kepala. Udah khawatir kalau rawan longsor. Ditambah lagi kiri kita bener-bener jurang. Dan diseberang jurang ada pohon tumbang. Tumbangnya itu melintang dan menimba tebing di sisi kanan kiri, di atas kepala. Masih garis police line gitu. Agak was-was juga kalau tebing di atas kepala longsor habis kena pohon tumbang. Apalagi ini musim penghujan. Sampai lari-lari gitu pas disini. Padahal jalannya sempit dan licin, malah lari. Cari celaka aja

hijaunya membuatku gila
Perjalanan ini seperti tak berujung. Tapi nggak masalah, malah seneng. Hutannya indah sih. Setelah jalannya hanya setapak sempit, sampailah kita di bendungan air. Banyak yang berhenti untuk istirahat atau foto-foto. Banyak juga orang disini. Padahal ini di tengah hutan di tengah gunung. Setelah bendungan, medannya bukan lagi jalan setapak. Kita masuk hutan yang lebih lebat. Jalannya menjadi menanjak. Tapi masih gampang sih, nggak terlalu menanjak.



Tidak lama kita sampai di persimpangan jalan. Belok kanan Curug Lawe, dan belok ke kiri Curug Benowo. Orang-orang lebih banyak ke Curug Lawe. Mungkin memang lebih indah. Ya sudah ikut massa saja. Ada pondok atau warung gitu di tengah hutan. Walah. Harus nyebrang sungai kecil di tengah jalan. Udah hati-hati gitu lompatin batu-batu karena males lepas sepatu.


Hutannya makin lama makin gelap karena semakin lebat. Ditambah mendung, suasana jadi suram. Berasa lagi di film Red Riding Hood jadi Amanda Seyfried hahaha...


Sampai di jembatan kecil yang terbuat dari batang-batang pohon. Hihihi menyenangkan sekali kan hutan ini? setelah menyeberang, jalan agak menanjak naik. Katanya sih sebentar lagi sampai di Curug Lawe gitu. Tapi hujan keburu turun. Mula-mula gerimis dan semakin deres. Oh no, harus segera balik ini. Bahaya banget hujan-hujan di hutan model begini. Rawan longsor bro...


Perjalanan balik rasanya lama sekali. Udah diwanti-wanti si Bram disuruh bawa mantol. Bawa sih, tapi malah ditinggal di motor. Walhasil ya basah kena hujan. Udah bajunya basah kehujanan, kabutnya turun lagi. Brrrrr... dingin. Suasana tambah sendu dan syahdu.


Sepanjang jalan balik ketemu banyak orang yang baru datang dan mau ke air terjun. Ya ampun, mereka ngerti bahaya nggak sih? Ini hutan yang rawan longsor lho, bukan jalan-jalan di hutan kayak Kalikuning yang nggak rawan longsor. Apalagi pas sampai di lokasi pohon tumbang. Wah tambah was-was. Mana jalannya semakin licin terkena air hujan.


Sampai di jembatan merah hujan mulai reda. Daun-daun terlihat basah segar terkena sisa-sisa air hujan. Kabut terlihat menutupi pepohonan di seberang hutan. Seger-seger dingin jadinya. Sampai di parkiran ternyata kabut semakin tebal. Jarak pandang hanya sampai 3-5 meter. Eh masih banyak saja lho orang yang baru sampai dan mau masuk hutan ke Curug Lawe. Ckckckc...


Meskipun belum sampai di air terjun dan terpaksa balik, rasanya tidak kecewa kok. Sampai di hutan yang indah ini rasanya menyenangkan. Sekarang hutan disini jadi hutan favoritku deh diantara hutan-hutan yang pernah aku datangi. Air terjunnya sih kayak apa ya bentuknya? Entahlah 

*hujannya setia menemani sepanjang perjalanan sampai Jogja
dikepung kabut

















0 komentar:

Ngadem di Kebun Raya Bogor


Bogor dengan julukan Kota Hujan pasti hujan terus dong ya? Karena hujan terus, dalam bayanganku pasti Bogor itu adem, hijau, banyak pohon. Emang sih banyak pohon. Banyak tamannya juga. Jalan berapa kilo ketemu taman. Jalan lagi, nemu taman lagi. 


Tapi begitu memasuki kota Bogor, kesan yang ada sih ini kota semrawut banget. Lalulintas nya maksudnya. Angkot yang nggak terhitung banyaknya, waton berhenti di sebelah kiri jalan. Banyak pengendara motor yang nggak pake helm dan nyrobot lampu lalu lintas. Kalau enggak ya sebagian besar (bukan oknum lho ya) berhenti di depan garis marka. Jadi merasa pengguna jalan di Jogja itu yang paling tertib 



Tapi keruwetan lalu lintas di kota Bogor itu langsung hilang begitu masuk Kebun Raya Bogor. Mungkin pohon-pohon besar disini juga berfungsi sebagai peredam suara lalu lintas juga hahaha.... Padahal Kebun Raya Bogor itu di tengah kota. Dan dikepung jalanan super padat. Hebat ya pepohonan disini? 

halaman belakang Istana Bogor
                                      

Pagi hari di Kebun Raya Bogor ramai sekali. Orang-orang tumpah ruah disini. Ada yang olahraga, kumpul-kumpul, outbond, lomba, piknik, pacaran, nongkrong, ataupun keluyuran doang kayak kita. Pokoknya happening banget deh. Padahal Kebun Raya Bogor ini luas sekali lho. Di beberapa titik ramai sekali, beberapa titik yang lain sepi hanya ada beberapa orang.


Kirain tempat ini cuma pintu masuk, kolam, belakang Istana Bogor, belok kiri ke gerumbulan bambu-bambu super besar, jalan yang diapit pohon-pohon palem yang rapi, taman, popohonan liar bagaikan di dalam hutan, tempat bunga Rafflesia Arnoldi. Dan sampai lagi di pintu masuk. Lho, cuma segini aja? Kok kecil, lebih luas Taman Bunga Nusantara. 


Ternyata salah sangka. Begitu lihat peta, luas banget ini tempat. Ya iyalah luasnya 87 hektar, hahaha... Untungnya tas bisa dititipkan, jadi bisa jalan santai menikmati popohonan dan tanaman-tanaman yang ada. 


Sering banget terkagum-kagum melihat pohon yang aneh. Di dekat pintu masuk ada pohon Kigelia yang menarik perhatian orang-orang termasuk aku. Kalau di internet sih namanya pohon sosis. Menurutku lebih mirip asam raksasa. Buahnya lucu, mirip buah asam tapi ukurannya besar-besar. Menggantung ke bawah, coklat-coklat lucu pokoknya. Pengen punya pohonnya deh. Kemarin pas di Batu Secret Zoo juga ada sih, tapi cuma beberapa pohon aja dan masih kecil.

kigeli a.k.a pohon sosis
                                                     


Di seberang pohon Kigelia ada pohon cerme. Akhirnya aku bisa ketemu juga sama pohon ini. Seumur hidup belum pernah melihatnya. Pohonnya mirip pohon belimbing. Daunnya sama plek, kecil-kecil. Buahnya bulat-bulat kecil, lucu banget deh. Rasanya seger-seger agak asem. Nggak kecut kayak belimbing. Suka banget sama buah cerme ini. Lucu 

buah cerme
Di Kebun Raya Bogor ini nyaris nggak ada bunga. Adanya tanaman-tanaman besar yang luar biasa. Sering banget berdecak kagum lihat pohon yang ukurannya super besar. Akarnya aja lebih tinggi dari badanku.


Di Kebun Raya Bogor ini juga ada taman-taman dengan tema. Ada Taman Pandan dengan banyak pohon pandan yang tinggi-tinggi.

taman pandan
Ada pula Taman Meksiko. Hampir mirip dengan Taman Mediterania di Taman Bunga Nussantara. Banyak kaktusnya. Ada juga patung-patung bermain musik menggunakan topi sombrero, topi khas Meksiko.

taman Meksiko


Di dekat Taman Meksiko ada pohon yang lucu banget. Pohon lilin namanya. Buahnya lucu banget. Panjang-panjang kayak lilin, tapi ukurannya lebih besar. Warnanya kuning cantik. Aku mau pohon kigelia sama candle tree dong buat dirumah.


candle tree
                                                       

Toilet di Kebun Raya Bogor ini bagus. Bulat dengan disain kuno. Ya iyalah namanya juga udah jadul. Dalemnya horor nggak ya? kalau malam-malam pasti horor, hiii...


Kebun ini terbagi dua oleh sungai yang melintasinya. Di tempat yang tidak banyak orang, rasanya seperti berada di hutan. Tenang, sejuk, banyak pohon. Pas di depan Orchidarium, tempat buat pembibitan anggrek mungkin. Ada tempat duduk di bawah yang asyik banget buat duduk-duduk, leyeh-leyeh istirahat. Tempatnya pun sepi nggak banyak orang yang lewat. Sepertinya tempat ini adalah pojok favoritku di Kebun Raya Bogor ini.

tempat favoriku di Kebun Raya Bogor
Di sebelah tempat duduk ada keran air minum yang siap minum. Wah kebetulan air minum tinggal dikit banget. Padahal tempat yang harus dijelajahi masih luas. Sok-sokan ngisi sampai penuh. Begitu minum langsung dimuntahin lagi. Ya ampun nggak enak banget, air mineral rasa besi, bukan rasa plastik lagi ini sih. Hhhhhh... Eh kok orang-orang biasa aja ya minumnya. Emang dasar perut sensitif, perut sensitif.


Setelah melewati kolam dengan bunga teratai raksasa yang ramai dengan orang, mulai masuk bgian dengan pohon-pohon besar yang sepi orang. Harusnya setiap kota punya tempat kayak gini. Taman atau kebun dengan banyak pohon-pohon. Bisa buat tempat beraktivitas dan melepas stres. Kalau di Solo ada Taman Balaikambang. Sama seperti Kebun Raya Bogor ini juga, cuma lebih kecil aja tempatnya. Ada kolam dan banyak pohonnya juga. Ramai banget setiap hari minggu. Jogja kapan punya ya?


Pantai memang indah dan fresh, nuansa liburan banget deh. Tapi sekarang lebih suka ke tempat ke tempat-tempat yang banyak pohon-pohonnya deh. Gunung, hutan, taman, kebun raya, taman nasional juga. Anak hutan gitu 









0 komentar:

Blogger Template by Clairvo