PURA LUHUR ULUWATU


Masih lanjut di tempat-tempat touristy di daerah selatan, dari GWK kita melanjutkan perjalanan menuju Uluwatu. Belum jauh dari GWK, kita melewati pertigaan yang macet. Sebagian besar kendaraan termasuk bus-bus besar yang menyebabkan macet menuju kearah kiri. Ternyata ke kiri arah menuju Pandawa. Pantesan macet. Saya sih tidak tertarik ke Pandawa karena kan itu pantai hahaha… Padahal ini kita juga mau ke Uluwatu yang ada lautnya. Tapi kan nggak ada pantainya, alesan saya hwkwkwk….
Jalan menuju Pura Luhur Uluwatu sepi. Jalannya halus dan lebar. Udara di sini terasa seperti di Gunungkidul bagian selatan, ketika mendekati pantai. Ahh halusinasi, padahal udah bertahun-tahun nggak main ke pantai Gunungkidul hihihi…
Sampai juga kita di parkiran Pura Luhur Uluwatu yang lebar…. Kok sepertinya agak sepi ya tempat parkirnya. Baru saja parkir gerimis turun… Langsung aja kita lari-lari mencari tempat berteduh ke tempat pembelian tiket. Setelah membeli tiket dan memakai kain penutup berwarna ungu kami pun masuk ke dalam pura. Untunglah gerimis sudah reda.
Dari pintu masuk menuju pura Uluwatu jalannya teduh dengan pohon-pohon rimbun di atas kepala. Sampai di halaman pura banyak penduduk berpakaian adat Bali pulang dari sembahyang di pura.  Beberapa ibu-ibu berteriak mengusir monyet-monyet yang mengikuti mereka. Di halaman pura ini memang banyak monyet hidup bebas. Saya sih memilih melipir menjauh dari mereka haha…


Tangga menuju ke pura terlihat cantik dengan pepohonan yang menaungi di kanan dan kiri tangga. Rasanya seperti sedang di tangga makam seniman di Imogiri. Padahal sih beda jauh hahaha… Sampai di atas masih berlangsung sembahyang di dalam pura. Pengunjung tidak boleh masuk, tapi masih bisa melihat dari atas tembok atau dari sela-sela pagar pintu yang ditutup.

Setelah mengintip sebentar saatnya kita melanjutkan jalan-jalan di Pura Luhur Uluwatu. Kalau SMA dulu kita jalan menyusuri tebing dari ujung sana ke pura. Sekarang kita jalan dari pura dulu ke ujung yang sana. Karena masih dulu masih kecil semua terlihat indah dan spektakuler. Jalan di sepanjang tebing pura Uluwatu ini terlihat luar biasa dulu. Makanya sekarang pengen kesini lagi. Ternyata setelah kedua kali kesini dan sudah pernah ke banyak tempat, sekarang jadi terlihat biasa aja ya hehehe….
Karena siang hari jadi ya cuma melihat pemandangan laut saja. Kalau sore kita bisa menonton pertunjukan tari Kecak disini. Disini saya malah asyik sendiri mengamati tanaman-tanaman liar yang tumbuh. Ada rambusa yang banyak buahnya, tumbuh di atas tebing di balik tembok.
rambusa yang rasa dan bentuk dalamnya persis kayak markisa
Sebagian besar pengunjung memilih kembali ke jalan menuju pura. Sebagian kecil termasuk saya dan travelmate memilih melanjutkan jalan menuju jalan ke hutan. Entah kenapa pepohonan di kanan dan kiri jalan daunnya berserakan di tanah. Entah habis dipotong oleh petugas atau ulah monyet-monyet penghuni hutan. Di sela-sela pepohonan banyak merambat timun padang alias cucamelon (bener sama atau beda sih ini). Pantesan banyak monyet disini ya, banyak sumber makanan gini di hutan.

Di Pura Luhur Uluwatu kita hanya sebentar saja, karena tempatnya juga tidak terlalu luas. Yang penting udah nganterin mas travelmate kesini, salah satu destinasi “wajib” kalau ke Bali

0 komentar:

GARUDA WISNU KENCANA a.k.a GWK


Maen sendiri dan maen tinggal ikut memang beda ya. Jadi lebih tahu keadaan di sekitar tempat wisata. Dari hutan mangrove ke GWK tidak memakan waktu lama karena jaraknya dekat. Dan ternyata kompleks GWK itu luas sekali. Dari gerbang menuju parkiran jalannya panjang bener. Terus kita bingung juga parkir motor dimana? Parkir bus berdekatan dengan tebing-tebing yang di sela-selanya tertutup gerbang besi. Masuknya juga lewat mana sih? Duh malah bingung gini…

Ternyata parkir motor terletak di depan, di dekat loket penjualan tiket masuk. Walah ternyata deket, ngapain kita jauh-jauh ke parkiran bus gini ya? Hmmmm…. Di dekat loket ada banyak pohon majapahit, berjajar  rapi dengan buahnya yang menggantung. Gemas, ada buah yang menggantung sangat rendah. Pengen nggigit tapi pahit hahaha…
pohon favorit, pohon majapahit 
Dari loket ternyata harus berjalan kaki cukup jauh untuk menuju  patung Wisnu dan kepala garuda. Dulu studi tour waktu SMA diturunin dari bus deket pintu masuk, jadi taunya deket aja. Dari tempat parkir dan loket kita naik tangga dan menyusuri jalan yang agak menanjak. Di pinggir jalan berjajar toko makanan dan souvenir. Pintu masuk pun melewati toko souvenir yang besar. Pintar sekali ini mengelolanya, belum masuk tempat wisata udah ngabisin duit buat belanja aja hahaha…
maafkan muka selfie saya yang tidak terkondisikan ☺
Sebelum masuk ke patung-patung, kita menonton pertunjukan tari gratis yang diadakan di tempat pertunjukan dengan tempat duduk bertingkat. Seperti sedang berada di BatuSecret Zoo di arena singa laut haha…. Rasanya memang sperti studi tour jaman SMA ya. Nonton tari-tarian. Tapi nontonnya entah dimana saya lupa. Yang saya ingat cuma dulu saya mendadak ketakutan waktu mendengar musik khas Bali, entah pas gamelannya atau apa. Padahal cerita dalam tari lucu sekali, tentang Hanoman versi mesum haaaaa…. Saya malah mundur ketakutan, ditenangkan oleh pak guru olahraga kelas 2 kalau nggak salah. Kalau sekarang sih nggak ada takut-takutnya, yang ada cuma seneng.


Ternyata kita menonton 10 menit sebelum pertunjukan berakhir. Untung juga sih. Mungkin kalau dari awal pertunjukan malah menghabiskan waktu disini. Pertunjukan tari yang entah apa judulnya berakhir dengan para penari yang pingsan kemudian dibangunkan oleh pendeta dengan cipratan air suci. Kemudian mereka menusukkan pisau ke dada tanpa terluka. Wowww… debus ini mah hahah… Selesai pertunjukan tari sebagian penonton berfoto dengan para penari yang semuanya adalah laki-laki. Dan saya tidak pernah tertarik dengan acara beginian, kita langsung keluar aja dari tempat pertunjukan ini.
Add caption

Dari pintu masuk toko oleh-oleh tadi ke pintu pemeriksaan tiket, banyak toko juga. Setelah pengecekan tiket, kita disambut oleh tangga lebar yang diapit patung ular besar. Di kanan-kiri tangga. Di atas tangga ada taman. Kalau mulai dari sini masih ingat nih. Dulu waktu SMA foto-foto sama Papa, Mama, Pita, Gamel, dll disini nih. Papa dan Mama ini teman SMA ya, bukan orangtua hahaha… Dulu tidak ada peminjaman kain penutup. Sekarang ada mbak-mbak yang meminjamkan kain penutup berwarna kuning cerah.

Tempat patung Wisnu berada tidak terlalu ramai. Malah agak sepi. Rasanya luar biasa bisa main kesini pas agak sepi gini. Langka banget. Nggak mungkin bisa kita dapatkan kalau piknik acara rombongan, ya iyalah ya hwkwkwk… ah enaknya main sendiri…. Tapi dengan cepatnya saya bosan, mungkin karena sudah pernah kesini. Foto bentar, cekrek-cekrek terus turun ke patung kepala garuda. Sebelum sampai di patung kepala garuda, kain dikembalikan dulu ke mbak-mbak yang sudah menanti. Lho, kok cuma bentar gini ya pakainya. Ada apa di tempat patung Wisnu tadi, kok diwajibkan pakai dan disini tidak? Sepertinya ada sesuatu yang sakral tadi.

Sementara itu di patung kepala garuda tidak ada yang berubah dari 11 tahun yang lalu. Kok nggak ada perkembangan ya? Hmmmm… Setelah turun ke ke bawah barulah tampak perkembangannya. Di kanan dan kiri tanah lapang berdiri tebing-tebing yang sudah dipotong rapi membentuk persegi. Waktu SMA kesini tebing-tebing ini terlihat sangat spektakuler. Sekarang kita dekati, terasa seperti tebing-tebing biasa pada umumnya hahaha… Memang susah mengalahkan kesan pertama ya.


Di sisi utara tebing-tebing ini, tampak agak jauh badan patung sedang dalam proses pengerjaan. Belum ada kepala garuda, belum ada Wisnu, tapi sudah terlihat tinggi. Entah butuh berapa tahun lagi untuk selesai utuh. Kalau sudah selesai utuh berdiri katanya patungnya akan melebihi tinggi patung Liberty dan akan terlihat dari bandara Ngurah Rai. Wowww… kita tunggu saja dengan sabar haha…

Add caption
Setelah muter-muter bentar akhirnya kita sadar tidak ada apa-apa disini. Kenapa dulu saya sangat tergila-gila sama tempat ini ya? Hwkwkwkwk… Mungkin karena dulu baru pertama kali ke Bali, masih ingusan pula. Semua jadi terlihat indah. Sepertinya semua teman-teman SMA saya dulu sehabis studi tour bercita-cita kembali main lagi ke Bali. Beruntungnya saya bisa kesini lagi sama travelmate saya pula… ❤
replika GWK secara utuh bentuknya gini nih
Akankah napak tilas selanjutnya seindah seperti pertama kali kesini? Lanjut postingan berikutnya hahaha….

1 komentar:

HIJAUNYA HUTAN MANGROVE


Kamis pagi langit masih mendung dan gerimis masih juga turun. Aduh bagaimana kalau hujan seharian lagi ya? Untunglah sekitar jam 9 pagi gerimis berhenti meskipun langit belum biru cerah. Tanpa menunggu langit cerah kita langsung siap-siap maen keluar. Hari ini mengantisipasi hujan kita maen yang dekat-dekat saja. Kali ini kita maen di daerah selatan, alias ke tempat-tempat touristy sekali.
Tempat pertama tidak terlalu touristy sekali. Kita ke hutan mangrove. Saya selalu suka ke hutan mangrove. Karena pohon mangrove itu hebat. Mencegah abrasi dan jadi rumah banyak hewan laut yang bisa dimanfaatkan. Dan karena judulnya hutan jadi ya saya pasti suka hahaha…. Tidak butuh waktu lama untuk sampai di huran mangrove ini karena letaknya dekat dengan hotel. Kurang lebih 20 menit saja. Itu pun karena kita harus memutar bypass lagi karena meskipun di pinggir jalan bypass yang luas, jalan menuju kesana kecil dan terlewat begitu saja.
Dari jalan besar yang ramai, kita masuk ke jalan aspal kecil yang sepi sekali. Jalannya pun gelap karena kanan dan kiri diapit rapat oleh pohon-pohon bakau. Berarti kanan dan  kiri jalan ini sudah laut ya, apa sungai, hmmmm…. Jalan ini berujung pada tempat parkir hutan mangrove. Parkiran masih sangat sepi. Kita adalah pengunjung pertama yang datang haha….
Setelah membayar tiket, kita masuk ke hutan mangrove di belakang petugas yang sedang meletakkan sesaji di pinggir-pinggir jembatan kayu dengan jarak beberapa meter. Saya penasaran dengan sesaji tersebut. Apa saja isinya ya? Ada beberapa kelopak bunga kenikir kuning, bunga pancawarna ungu, ada sekeping biskuit kecil, dan 1 buah permen. Ada pula rokok 1 batang. Semua itu diletakkan pada kotak kecil yang terbuat dari janur atau daun kelapa yang masih muda. Sepertinya isian sesaji tidak selalu sama di beberapa tempat di Bali.
bunga bakau
Kembali lagi ke hutan. Oleh petugas kita diperingatkan supaya berhati-hati karena jalannya sangat licin sehabis hujan. Hutan mangrove ini bisa dijelajahi malalui jalan kayu yang melintasi tengah-tengah hutan. Ini adalah hutan mangrove terbagus yang pernah saya datangi. Pohon-pohon mangrovenya subur dan sangat hijau. Banyak pohon yang berbunga. Ternyata bunga mangrove itu cantik ya. Banyak jenis tanaman juga disini yang berbunga cantik juga berbuah. Di sela-sela akar mangrove yang mencuat-cuat itu, sampah pun tidak terlalu banyak. Tidak seperti hutan mangrove di pantai Bama Baluran dulu yang banyak sampah.
Berjalan-jalan di jalan kayu di tengah mangrove ini rasanya damai. Tidak ada suara apapun kecuali suara burung-burung kecil yang mencuit-cuit, dan suara bising teredam serangga-serangga. Apalagi hanya ada kita berdua disini. Sudah tentu saya suka tempat-tempat sepi seperti ini. Karena jarang sekali ada tempat sepi. Bumi sudah penuh sesak oleh manusia-manusia.
Anyway…. Jembatan kayu ini satu-satunya jalan untuk menjelajahi hutan mangrove. Kita jalan santai saja karena jalannya licin dan bolong di beberapa tempat. Jembatan kayu lurus saja ke depan. Di sebelah kiri terdapat tempat duduk untuk mengamati burung, begitu sih tulisannya. Kemudian jembatan kayu belok ke kiri. Dari sini jembatan kayu tidak seimbang dan miring sebelah. Walah jadi uji nyali gini. Kepleset dikit nyebur deh ke air.
Add caption
Add caption

Lepas dari jembatan miring kita langsung diapit rapat daun-daun bakau di kanan-kiri jembatan. Tidak ada sela air seperti di awal-awal. Seperti sedang berada di terowongan hijau, dikepung daun bakau. Di antara terowongan hijau bakau ada celah dengan tangga kayu yang mengarah ke bawah. Sepertinya ini semacam dermaga untuk menaiki perahu mengelilingi hutan mangrove ini. sepertinya begitu meskipun tidak ada satupun perahu yang terlihat. Wah sepertinya seru menaiki perahu membelah hutan bakau ini. Tau-tau di belokan pohon bakau dihadang buaya, hahah… imajinasi saya terlalu liar…..
menara pandang


Keluar dari terowongan hijau kita berada di ruang terbuka dan di hadapan kita terdapat menara kayu setinggi 2 lantai. Disini jembatan bercabang 2 ke kanan dan ke kiri. Jalan arah kiri mengarah ke jalan awal tadi melalui jalan setapak di sebelah kiri jembatan kayu yang kita lewati ini. Okey, berarti kita belok kiri untuk melanjutkan perjalanan.

Mulai dari sini suasana menjadi gelap. Pohon-pohon bakau menjulang tinggi. Akar-akarnya mencuat kemana-mana, seolah ingin menggapai jembatan kayu. Entah kenapa disini saya merasa sedang berada di dunia Upside Down nya Stranger Things. Akar-akar pohonnya itu lho, mirip banget kaki-kaki monster di upside down Stranger Things season 2. Mana suasananya juga gelap. Mirip banget deh pokoknya. Okey, saya memang kebanyakan nonton film fantasi yeah…. Terimakasih ya daya imaginasiku, you’re rock, yeahhhh… Hwkwkwk *ngelantur di tengah postingan.
Add caption

Dari sini jalannya berbelok ke kanan dikit dan menemukan jembatan bercabang 2 lagi. Jembatan di sebelah kiri ditutup, mungkin sedang direnovasi. Lanjut jalan lagi, jembatan semakin sempit dan pohon bakau semakin rapat. Tidak lama kita bertemu bapak yang sedang menyapu jembatan. Oh ada yang bertugas menyapu jembatan ya? Pantesan dari tadi jembatan kayu ini bersih, hanya satu dua daun yang jatuh di jembatan. Si bapak mulai menyapu mulai jam berapa ya? Jam segitu sudah sampai sejauh ini.

Setelah bapaknya udah agak jauh, kita uji nyali. Lari-lari kecil karena pengen cepet sampai di ujung, mengejar waktu juga. Udah jembatannya kecil, licin, pake lari-lari lagi. Seru deh. Apalagi kalau kecebur sih hahaha… Jembatan semakin mengecil dan pohon-pohon bakau mulai menjauh dari jembatan. Saya suka sekali pohon-pohon bakau di bagian ini. pohon-pohon bakaunya seperti mengambang di atas air. Seperti sedang berada di rawa di film The Notebook yang ada banyak angsanya itu. Jadi pengen naik perahu sekeliling pohon-pohon ini deh. Didayung sama Ryan Gosling ya hwkwkwkw….
Add caption

Sepertinya kita sudah sampai di ujung jembatan. Benar saja, jembatan berakhir di sebuah bangunan terbuka dengan beberapa tempat duduk di dalamnya. Dari sini kita bisa melihat jalan tol Tanjung Benoa di kejauhan. Motor boleh lewat tol enggak ya? Jadi pengen kesana ya, mumpung di Bali gitu.
Add caption
Secara keseluruhan hutan mangrove ini bagus… terutama karena sepi hahaha… Jadinya suasananya syahdu. Terus hijau juga. Sama hutan bakau pantai Bama saja jelas bagus ini ya. Ah enaknya kalau jalan-jalan sendiri ini kayak gini. Bisa nentuin tempat-tempat hijau yang mau kita datengin hehe…

0 komentar:

Blogger Template by Clairvo