Indahnya Hutan Curug Lawe


Ngerti ada Curug Lawe ya dari My Trip My Adventure. Tau aja sih, tapi nggak nonton pas tayang di tv. Entah kayak apa bentuknya. Berhubung liat foto-fotonya di banyak media super bagus, penasaran juga jadinya. Perasaan pengen maen kemana kebanyakan ya gara-gara abis lihat Jalan-Jalan Men, kalau enggak ya My Trip My Adventure.


Sejauh ini main ke Semarang mentok cuma sampai di Ungaran, nggak pernah sampai kota Semarang. Ternyata Curug Lawe pun masih di Ungaran juga, tapi bukan di Bandungan. Berbekal petunjuk dari si Bram yang sering banget kesini, sampai juga kita disini nggak pake nyasar *karena ada petunjuk arah juga sih, hahaha...


Sepanjang jalan sih sepi-sepi aja. Sampai di tempat parkir ternyata udah ramai aja. Tempat parkir yang terletak di desa Kalisidi ini sepertinya dikelilingi perkebunan. Entah perkebunan apa. Yang ditanam hanya pohon yang mirip dengan dengan pepohonan di PTPN X Banyuwangi, waktu menuju ke Taman Nasional Meru Betiri dulu. Pohon apa ya? tidak ada buah yang terlihat. Hanya pohon dengan daunnya yang sangat rimbun. Jadi penasaran


Katanya dari tempat parkir ke air terjun harus berjalan kira-kira 1 kilometer. What? eh nggak heran ding. Kebanyakan air terjun kan emang kayak gini. Harus jalan jauh dulu. Kecuali air terjun Coban Rondo sih.


Dari parkiran kita agak menanjak dikit, memasuki perkebunan entah pohon apa. Pepohonan ditanam rapi, dan bentuknya seperti piramida. Semakin ke atas semakin kecil. Warna daun juga ada yang merah. Cantik deh pohonnya.


Belok kiri dan ada selokan atau sungai kecil. Di samping sungai ada jalan tanah yang sempit, cukup untuk berjalan 2 orang bersebelahan. Di samping kiri jalan sempit ini adalah tebing alias jurang. Jadi kita berjalan diapit oleh sungai dan jurang. Adventurious sekali kan? kan!


Makin lama jalannya makin sempit. Bukan lagi jalan tanah, tapi semen pinggir sungai doang. Jadi cuma bisa buat jalan satu orang. Tebingnya udah bukan tebing lagi, tapi udah jurang. Meleng dikit jatuh lah ke jurang. Jalan yang ekstrem sih nggak masalah. Malah seru. Menambah keseruan jalan-jalan ini.

lautan hijau
Hutan di Curug Lawe ini indah banget. Hijaunya itu masih asri banget. Di sebelah kanan, tebing pinggir sungai ditumbuhi pepohonan menjalar. Di seberang jurang, pepohonannya rimbun banget. Jadi dejavu, kayak pas jalan pulang dari Bromo. Full green.

Jembatan Romantis


Kemudian ada jembatan berwarna merah yang kontras dengan hijaunya pepohonan di sekelilingnya. Jembatan ini ya adalah sungai yang tadi, sungai yang dibeton, kayak di Babarsari. Selokan mataram yang dibeton. Banyak yang berhenti disini untuk foto-foto. Memang spot yang bagus untuk mengambil gambar.


Setelah jembatan, jalannya menjadi agak lebar, dari tanah. Daritadi jalan sepanjang sungai, gemes sama sungainya. Airnya bening banget, adem. Kok nggak ada yang nyebur main air ya? mungkin kedinginan kalau maen air. Mungkin mau maen airnya di air terjun.



Setelah belokan jalannya serem. Sempit banget cuma pinggir sungai. Sungainya pun menyempit. Jadi sisi kanan kita tebing meninggi di atas kepala. Udah khawatir kalau rawan longsor. Ditambah lagi kiri kita bener-bener jurang. Dan diseberang jurang ada pohon tumbang. Tumbangnya itu melintang dan menimba tebing di sisi kanan kiri, di atas kepala. Masih garis police line gitu. Agak was-was juga kalau tebing di atas kepala longsor habis kena pohon tumbang. Apalagi ini musim penghujan. Sampai lari-lari gitu pas disini. Padahal jalannya sempit dan licin, malah lari. Cari celaka aja

hijaunya membuatku gila
Perjalanan ini seperti tak berujung. Tapi nggak masalah, malah seneng. Hutannya indah sih. Setelah jalannya hanya setapak sempit, sampailah kita di bendungan air. Banyak yang berhenti untuk istirahat atau foto-foto. Banyak juga orang disini. Padahal ini di tengah hutan di tengah gunung. Setelah bendungan, medannya bukan lagi jalan setapak. Kita masuk hutan yang lebih lebat. Jalannya menjadi menanjak. Tapi masih gampang sih, nggak terlalu menanjak.



Tidak lama kita sampai di persimpangan jalan. Belok kanan Curug Lawe, dan belok ke kiri Curug Benowo. Orang-orang lebih banyak ke Curug Lawe. Mungkin memang lebih indah. Ya sudah ikut massa saja. Ada pondok atau warung gitu di tengah hutan. Walah. Harus nyebrang sungai kecil di tengah jalan. Udah hati-hati gitu lompatin batu-batu karena males lepas sepatu.


Hutannya makin lama makin gelap karena semakin lebat. Ditambah mendung, suasana jadi suram. Berasa lagi di film Red Riding Hood jadi Amanda Seyfried hahaha...


Sampai di jembatan kecil yang terbuat dari batang-batang pohon. Hihihi menyenangkan sekali kan hutan ini? setelah menyeberang, jalan agak menanjak naik. Katanya sih sebentar lagi sampai di Curug Lawe gitu. Tapi hujan keburu turun. Mula-mula gerimis dan semakin deres. Oh no, harus segera balik ini. Bahaya banget hujan-hujan di hutan model begini. Rawan longsor bro...


Perjalanan balik rasanya lama sekali. Udah diwanti-wanti si Bram disuruh bawa mantol. Bawa sih, tapi malah ditinggal di motor. Walhasil ya basah kena hujan. Udah bajunya basah kehujanan, kabutnya turun lagi. Brrrrr... dingin. Suasana tambah sendu dan syahdu.


Sepanjang jalan balik ketemu banyak orang yang baru datang dan mau ke air terjun. Ya ampun, mereka ngerti bahaya nggak sih? Ini hutan yang rawan longsor lho, bukan jalan-jalan di hutan kayak Kalikuning yang nggak rawan longsor. Apalagi pas sampai di lokasi pohon tumbang. Wah tambah was-was. Mana jalannya semakin licin terkena air hujan.


Sampai di jembatan merah hujan mulai reda. Daun-daun terlihat basah segar terkena sisa-sisa air hujan. Kabut terlihat menutupi pepohonan di seberang hutan. Seger-seger dingin jadinya. Sampai di parkiran ternyata kabut semakin tebal. Jarak pandang hanya sampai 3-5 meter. Eh masih banyak saja lho orang yang baru sampai dan mau masuk hutan ke Curug Lawe. Ckckckc...


Meskipun belum sampai di air terjun dan terpaksa balik, rasanya tidak kecewa kok. Sampai di hutan yang indah ini rasanya menyenangkan. Sekarang hutan disini jadi hutan favoritku deh diantara hutan-hutan yang pernah aku datangi. Air terjunnya sih kayak apa ya bentuknya? Entahlah 

*hujannya setia menemani sepanjang perjalanan sampai Jogja
dikepung kabut

















0 komentar:

Blogger Template by Clairvo