Ujung-ujungnya Maen ke Kedai Wedangan Watu Lumbung


Hari ini seru sekali! 

Ceritanya menjenguk anak yang kecelakaan. Jauh bener rumahnya di Gunungkidul. Dari Manding sampai Kretek perjuangan melawan angin kencang yang mengancam motor keluar jalur. Sekali oleng gara-gara anginnya ya kenceng banget dari arah timur. Hiiiii... nasib defisit berat badan hahah... Dari Parangtritis naik ke Gunungkidul jalannya naik-turun belak-belok. Karena jalur lintas selatan jadi jalannya besar, lebar, mulus. Menyenangkan pokoknya.

maen salah kostum banget
Urusan menjenguk selesai. Pulangnya anak-anaknya minta berhenti mau foto-foto katanya. Berhenti di masjid di pinggir jalan, mereka berfoto di pinggir jalan raya, dengan background yang tidak jelas. Halah, dasar... Eh ngomong-ngomong ini adalah masjid di pinggir jalan jaman Diksi dulu. Hmmm... jadi nostalgia deh. Malem-malem klekaran kecapekan di pinggir jalan ini habis jalan dari Goa Cerme. Jadi kangen kegiatan lapangan, hiks... 


Perjalanan turun pelan-pelan banget. Selain jalannya menurun serta menyempit, pemandangannya indah. Bisa melihat pantai, Parangtritis dan laut di bawah. Ya ampun indahnya. Meskipun sering lewat sini tapi masih tetap terpana lihat pemandangan di bawah. Subhanallah... 


Anyway, anak-anak akhirnya pergi dengan urusan mereka sendiri-sendiri. Yeee diajakin makan pada nggak mau. Ya udah aku makan berdua aja sama mbak Ratna. Malah bebas merdeka hahaha... 


Dari kemaren kayaknya banyak yang maen ke Kedai Wedangan Watu Lumbung. Berhubung kita lagi di Kretek, jadi kita melipir makan di sana. Lengkap dengan peralatan tempur, alhasil kita salah kostum banget yak maennya hihihi...


Kedai Wedangan Watu Lumbung jaraknya tidak terlalu jauh dari jembatan Kretek. Ke timur dikit, dan belok ke selatan. Naik-naik ke puncak, dan sampailah kita di tempat tujuan. Agak bingung apakah tempat ini sudah buka apa belum, karena masih jam 14.30 WIB. Setauku semua teman-teman yang pernah kesini datangnya sore atau surup sambil lihat sunset. Ini kita masih terang benderang hahaha...


Kata masnya buka 24 jam, ya sudah kita masuk aja. Jadilah kita tamu satu-satunya disini hohoho... Berasa tempat pribadi yak. Ini persis kayak pas maen sama Nias di Candi Barong kemaren. Cuma ada kita berdua doang. Yang artinya adalah maen salah waktu. Di siang bolong dengan terik matahari menyengat. Malah bikin geli sendiri.


Kedai Wedangan Watu Lumbung ini letaknya di atas. Jadi bisa melihat pemandangan di bawah. Bisa melihat garis pantai dan laut lepas. Tempatnya outdoor gitu, jadi semuanya langsung beratapkan langit. Kecuali satu gazebo untuk makan, dan satu gazebo untuk mushola. Tempat duduk-tempat duduk yang lain semuanya aneh-aneh. Ada yang dibentuk seperti ayunan. potongan pohon, potongan bambu ala kadarnya, bahkan ada tempat duduk plus rak buku yang berada di dalam kandang sapi. Kandang sapi konvensial jaman dulu itu lho. Tau kan? Nggak tau? Yah dateng aja deh kesini biar tau 


Menu disini sebagian besar adalah minuman dan camilan. Aku sama mbak Ratna pesan mie, roti bakar, pisang goreng berbalut coklat dan kopi. Kopi disini macam-macam. Ada kopi Flores, kopi Toraja, kopi Aceh, sampe lupa saking banyak macamnya. Aku pesan kopi Flores biar besok bisa maen ke Flores, ke Ende, ke Bajawa, ke Waerebo, ke Danau Kalimutu, amin ya Allah... *semangat 45 


Makan disini susah. Anginnya kenceng bener. Saking kencengnya, gazebonya sampai goyang. Waduh kalau gazebonya terbang apa ambruk gimana ini. Tiap angin kencang datang, badan sampai dibungkukin buat melindungi makanan. Aduh kerupuknya terbang semua... dan berakhir di perut angsa yang mendadak muncul entah darimana. Yang ada kita ketawa-ketawa ngakak menertawakan angin kencang, makanan yang diterbangkan angin, acara menjenguk siswa yang ujung-ujungnya malah maen


*tumben posting maen di tempat makan ya? besok-besok posting tempat makan lagi ah




0 komentar:

Blogger Template by Clairvo