Perfect Place, Made Perfect Holiday

Gunung Raung nampak dikejauhan
Liburan selo sih harusnya kita bangun siang terus nggak mandi ya. Tapi kita tetep bangun pagi, pagi-pagi udah rapi siap meng-explore Baluran kembali.

Gunung Baluran
Pagi hari di savana Bekol terasa damai sekali.  Matahari belum bersinar terik. Udaranya masih sejuk. Tidak ada suara berisik manusia. Hanya terdengar suara serangga. Sungguh damai. Hanya ada aku dan alam ini saja. Seperti punya kehidupan lain. Seperti berada di Narnia, masuk ke kehidupan lain. Sejenak lupa akan kehidupan beserta masalah-masalah yang membelitnya.

Masih di awal musim kemarau, padang rumput belum gersang. Tidak jadi Africa van Java deh. Sebagai gantinya rumput hijau membentang luas sejauh mata memandang. Berhubung aku suka hijau, tidak kecewa tidak menemukan Africa van Java. I love green... Rumput hijau luas dengan background gunung Baluran dan gunung Raung, siapa yang menolak untuk tidak berfoto ria. Lets take a picture, wuhuuuu...


Perhatian kami teralihkan oleh beberapa ekor kerbau di kejauhan yang menyeberang jalan menuju kubangan air untuk minum. Nah nah nah, ayo kita foto. Seekor kerbau berhenti sejenak dan memandang ke arah kami, kemudian melengos dan melanjutkan perjalanan kembali.

sadar kamera


Di tengah perjalanan kelompok kerbau bertemu dengan seekor rusa besar di dekat kubangan air. Rusa berbadan besar dengan tanduknya yang bercabang banyak. Apakah ini rusa yang kemarin sore berkelana sendirian? Sepertinya rusa ini ansos, selalu sendirian hehehe... Ayo kita buru rusa itu, sebelum kabur seperti kemarin sore. Pelan-pelan kita mendekatinya dan mengambil gambar. Begitu si rusa sadar sedang dijadikan objek foto, langsung kabur ambil langkah seribu.


Adegan kejar-kejaran pun terjadi. Bagaikan film India, eh ini kan di Africa yak hahaha.... Rusa lari menyeberang jalan dan semakin jauh ke selatan. Sesekali berhenti, seperti menggoda untuk didekati. Hhhhh...




Dari kejauhan terlihat kawanan monyet mulai keluar dari hutan dan mendekati savana. Hiiii... kabur ah sebelum mereka mendekat. Kita jalan cepat tanpa kentara, berlagak cool. Sekelompok anak-anak kecil yang sudah bangun bermain di bawah pohon entah apa namanya. Belum menyadari kedatangan kawanan monyet, mereka bermain dan bercanda dengan riang dan berteriak-teriak gembira. Kita sudah berada di depan wisma Rusa dan menanti apa yang akan terjadi selanjutnya.


Begitu menyadari kawanan monyet mendekat, anak-anak kecil mengusir dan melempari mereka dengan buah dari pohon entah apa namanya. Kawanan monyet pasti mengira dilempari makanan. Mereka malah semakin mendekati anak-anak kecil. Anak-anak kecil melempari buah semakin banyak, kawanan monyet semakin mendekat. Anak-anak kecil menjadi ketakutan dan berlari-lari sambil berteriak-teriak ketakutan. Kawanan monyet malah mengejar mereka. Tinggal kita yang tertawa ngakak melihat mereka dikejar kawanan monyet. Lucu banget hahaha...


Sampai di wisma keluarga, anak-anak kecil langsung naik ke teras. Si ayah dan ibu tertawa juga melihat mereka dikejar monyet. Kawanan monyet mendekat ke arah wisma tetapi tidak berani masuk karena diusir si ayah. Akhirnya mereka duduk di depan wisma berharap mendapatkan makanan. Setelah beberapa lama kawanan monyet dan berjalan melewati kita menuju wisma Rusa. Mendadak halaman wisma Rusa penuh dengan monyet. Ada yang mengacak-acak tempat sampah, berebut makanan dengan suara sengit, pepetan, nongkrong, bengong. Ternyata monyet dimana-mana kelakuannya sama ya. Dasar monyet....


Selain monyet yang biasa itu, ternyata ada monyet hitam ekor panjang. Badannya lebih besar dari monyet coklat yang biasanya. Jumlahnya lebih sedikit, dan bergerak dari satu pohon ke pohon yang lain. Kalau monyet coklat jalan kaki di atas tanah. Macam orang aja. Mungkin mereka kasta rendah kali ya?hahaha... Monyet hitam ekor panjang ini bersembunyi di atas pohon, susah untuk mengambil fotonya.



Selanjutnya kita menuju ke manara pandang di atas Bekol. Menara pandang ini terletak di atas bukit. So kita harus mendaki tangga ke atas. Tidak lama mendaki sampailah kita di menara pandang yang sepi. Namanya juga masih pagi. Yes, bisa puas foto-foto di sini.


Pemandangan di atas menara sangat indah. Baluran jadi terlihat luas sekali dari atas. Di sebelah timur savana Bekol terhampar luar dibelah oleh jalan panjang tak berujung menuju pantai Bama. Sebelah utara hijau oleh pepohonan rimbun sejauh mata memandang. Gunung Baluran gagah berdiri di sebelah selatan. Sangat dekat seolah terpegang ketika kita menjulurkan tangan.


Menara pandang ini menjadi salah satu tempat favoritku juga di taman nasional ini. Pemandangannya sungguh indah, breathtaking.... Bikin speechless. Mungkin buat sebagian besar orang pemandangan ini biasa aja. Tapi entah kenapa buatku ini luar biasa. Seakan sedang diberikan akses penuh oleh Tuhan untuk melihat alam yang sesungguhnya. Sejauh mata memandang hanyalah pohon, padang, dan gunung. Fyuhhh... i really love this place.


Dari atas ini terlihat pemandangan di bawah. Mobil kombi membelah savana menuju pantai Bama. Kerbau-kerbau terlihat menyeberang jalan menuju kubangan air untuk minum, terbagi dalam beberapa kelompok. Kita seperti melihat film yang sedang diputar di bawah. Film dokumenter tentang aktivitas di savana.


Rasanya tidak ingin beranjak dari tempat ini. Tempat ini pas banget buat ngalamun. Saking luasnya jangkaun penglihatan malah bikin ngalamun. Ngalamunin alamNya yang sungguh indah ini. Susah untuk memikirkan hal yang nyata. Sejenak lupa akan realita hidup. 


Sampai akhirnya turun, rasanya pengen tetep disini hmmmm... Sampai di wisma harusnya langsung packing. Tidak rela meninggalkan tempat ini, kita pun naik ke lantai 2 demi mengulur waktu kepulangan.


Di lantai 2 terdapat balkon yang bisa digunakan buat bersantai duduk leyeh-leyeh. Balkon ini ditutup dengan semacam besi yang membentuk jaring-jering kecil. Fungsi jaring-jaring ini adalah mencegah monyet-monyet tidak masuk ke dalam wisma. Monyet-monyet di Bekol ini hobinya sama kayak monyet-monyet lain, mengambil barang. Tahu kita diatas sedang ngemil, monyet-monyet naik ke atap dan mendekati minta makanan. Hii horor, untung ada jaring-jaring penutup.


Hari sudah beranjak siang ketika kita keluar dari Wisma rusa. Semakin banyak saja orang yang datang ke Baluran. Iri deh dengan mereka yang tidak membutuhkan waktu seharian penuh untuk sampai ke tempat ini. Coba rumahku deket ya. 



Dalam perjalanan menuju gerbang keluar menyempatkan diri berhenti sejenak di hutan Ever Green. Rimbun banget pohonnya, adem deh disini. Pohon-pohon yang rapat seperti membentuk terowongan hijau. Paling seru memang foto-foto dengan background yang hijau-hijau.


Melanjutkan perjalanan ada petunjuk arah menuju sumur tua. Apa itu ya? penasaran, akhirnya belok ke kiri demi menuntaskan rasa penasaran. Sumur tua ini ya sumur, diameternya lumayan besar. Berada di bawah pohon besar dan tempatnya mblusuk, membuat sumur tua ini auranya agak horor mistik gimana gitu. Udah ah, pergi yuk *kabur...





Melewati pos depan, kita pun dadah-dadah say goodbye sama pegawai-pegawai yang super ramah kemarin. Tidak lupa kita berfoto di depan gerbang masuk Taman Nasional Baluran. Yippie... Ah liburan yang menyenangkan. Suka banget sama tempat ini. I love Baluran National Park. Hope someday I can come back to this place

welcome in Baluran National Park
Dalam perjalanan menuju Banyuwangi, kita melewati pantai Watudodol. Ada patung wanita sedang menari yang menjadi simbol Banyuwangi. Foto bentar ah, buat kenang-kenangan.

Watu Dodol
Sampai di Ketapang waktu yang tersisa masih banyak. Setelah makan siang enaknya ngapain ya? Mata pun melirik ke pelabuhan Ketapang. Aha, masuk pelabuhan aja lah. Udah menyelinap-menyelinap gitu biar nggak lewat ke jalur penumpang, eh ketemu satpam juga dan disuruh bayar buat masuk pelabuhan. Seribu atau dua ribu gitu, lupa. Murah banget ya. 


Kayak orang hilang keluyuran di pelabuhan. Orang-orang sih hilir mudik naik dan turun kapal. Kita hilir mudik aja jalan kesana-kemari. Berhubung dulu pas nyebrang ke Bali itu malam, nggak tau situasi pelabuhan kayak apa. Oh ternyata gini. Nggak sibuk-sibuk amat tuh ternyata. Mungkin saking luasnya kali ya. 

pulau Bali terlihat dekat kan?
Kapalnya banyak gitu. Ada yang mau berangkat ke Bali, ada yang merapat dari Bali. Meskipun terlihat dekat ternyata membutuhkan waktu satu jam untuk sampai ke Bali. Lah kenapa kok lama amat padahal dekgitu. Setelah memperhatikan dengan seksama ternyata kapal-kapal harus memutar untuk sampai ke Bali. Harusnya ditarik garis lurus. Ini harus memutar ke utara, baru ke timur terus balik selatan lagi. Antri gitu, banyak kapal yang mau masuk dan keluar pelabuhan. Biar nggak tabrakan kali ya.


Mau ke Bali sih ternyata gampang aja loh. Tinggal naik kapal aja gitu. Duduk manis di dek luar paling atas, menikmati pemandangan. Sampai deh di Bali. Pulau Bali terlihat di depan mata. Ya ampun terlihat dekat sekali. Jadi pengen kesana sumpah. Yuk beli tiket kapal yuk. Cabut langsung ke Bali. Duh kapan ke Bali ya?


Tiba saatnya menuju stasiun Banyuwangi Baru. Jalan kaki saja dari pelabuhan, dekat sekali jaraknya. Tuh kan gampang kalau mau ke Bali (tetep). Mau masuk ke stasiun ada siapa itu? Ya ampun ada anak-anak racana. Bangkit, Lukni, sama Viki. Mereka habis dari Rinjani. Eka nggak ikut, pasti jealous tuh anak hahaha... Impiannya kan ke Rinjani. Salah siapa udah kerja *upss... Duh mupeng. Kapan ya aku bisa ke Rinjani. Dunia kok ya begitu sempit, jauh-jauh ke Banyuwangi ketemunya anak racana. Jadi seru gitu, berasa kereta milik racana sendiri. 


Perfect place, perfect friends, made perfect holiday 




1 komentar:

  1. itu fotonya yang di atas kayak di padang savana :) keren banget


    Belum pernah ke dieng ? Yuk liburan bareng kami Paket Wisata Dieng Cek dan dapatkan penawaran tebaik dari Paket Wisata Dieng

    BalasHapus

Blogger Template by Clairvo