GARDU PANDANG DIENG
Pagi yang dingin di
Dieng. Dinginnya ini masih bisa ditoleransi. Tidak seperti semalam yang
dinginnya begitu menggigit tulang. Flashback semalam. Di tengah dingin yang
menyiksa masih harus mencari penginapan yang sebagian besar sudah penuh. Mana
disini tidak ada yang namanya hotel. Yang ada penginapan dengan model
villa-villa berbentuk rumah beneran.
Sebenarnya sudah ada
rencana untuk menginap di hotel apa gitu di danau Cebong dekat Sikunir.
Ternyata tempatnya jauh bener dari Dieng Kota. Masuk ke desa Sembungan dengan
tulisan di gerbang “Desa Tertinggi Di Pulau Jawa”. Entah benar atau tidak tapi
untuk menuju kesini harus melewati jalan super sepi dan penuh kabut. Setelah
membeku kedinginan ternyata hotel di sebelah danau Cebong yang dimaksud tutup
karena renovasi. What the…????
Dengan badan yang
menggigil kedinginan terpaksa harus balik lagi ke Dieng Kota dan
berpindah-pindah dari satu penginapan ke penginapan lain mencari yang masih
kosong. Akhirnya dapat tempat menginap juga setelah ditolak 4 penginapan.
Setelah beres urusan pembayaran, keluar lagi buat cara makan. Orang-orang yang
jelas sekali adalah pengunjung hilir mudik lewat di depan tempat makan. Banyak
amat ya yang menginap, sampai sebagian besar penginapan penuh. Paling banyak
adalah remaja anak-anak muda yang bersliweran tiada henti. Ternyata dingin yang
menggigit tidak mengurangi ketertarikan orang-orang untuk ke Dieng. Padahal teh
panas sekali yang kali ini terasa nyaman di tangan yang dingin membeku dalam
waktu sebentar sudah menjadi es teh. Pantesan tidak ada yang jual es disini
haaaaa…..
Sudah tau dinginnya
kebangetan, masih saja kita mandi jam 8 malam. Menyiksa diri sendiri. Tapi
kalau tidak mandi kok rasanya nggak nyaman banget. Meskipun ada air panas tapi
tidak membantu sama sekali. Ketika tidak tersentuh air panas meskipun masih di
kamar mandi, kulit langsung merinding dan menggigil. Ya Allah dinginnya… Habis
mandi langsung sembunyi di balik selimut. Dan… tetep aja kedinginan. Rasanya
kok lebih dingin disini daripada di Bromo ya, hmmmm… Tapi mungkin ini karena
sudah lupa seberapa dinginnya Bromo hihi.. Tau gini tadi nginep di Wonosobo
kota aja ya. Paginya baru ke Dieng.
Pagi di Dieng. Tidak
lagi menggigil seperti seperti semalam. Mungkin badan juga sudah mulai
beradaptasi. Meskipun masih terasa dingin terutama ketika ada angin yang berhembus.
Dan kita langsung ke Gardu Pandang Batu Ratapan Angin yang letaknya di atas
Dieng Teater. Dulu kesini tahun 2010 sih belum ada gardu pandang ini. Untuk
menuju kesana harus jalan kaki naik sedikit setelah kendaraan kita parkir di
Dieng Teater. Mendaki lagi? Oh no… Untung aja mendakinya cuma sebentar dan
tempatnya juga bagus.
Meskipun baru jam 6
pagi gardu pandang sudah ramai dengan pengunjung. Walah mereka pada dateng jam
berapa ya? Dari Wonosobo kota aja butuh sekitar waktu 1 jam untuk sampai di
Dieng. Mungkin mereka termasuk pengunjung yang membuat penginapan penuh
semalam. Gardu pandang penuh orang, kita pindah saja di jembatan merah putih.
Wah tempatnya sepi tanpa ada satupun pengunjung. Padahal kalau siang antrinya
mengular. Setelah membayar 15ribu (kalau nggak salah) maka kita boleh naik ke
jembatan dan berfoto ria. Terlihat gampang dan aman dengan tali pengaman yang
terpasang di tubuh kita. Ternyata agak deg-degan juga. Karena papan pijakan
yang terlihat paten ternyata bisa bergerak di atas tali besi yang diletakkan
sebagai penyangga papan. Kalau kaki jeblos hiiii… Niatnya foto-foto malah jadi
kayak outbond gini ya hmmm…
Habis foto-foto pindah
ke spot tulisan gardu pandang dan batu ratapan angin yang rame dengan
pengunjung. Apalagi di batu ratapan angin. Harus antri… Kalau di spot gardu
pandang pengunjung tidak terlalu ramai. Wah kok dikit orangnya, ada apaan ya?
Eh ternyata mau kesana bayar. Owww… pantesan orangnya dikit haha… bayarnya
5ribu perorang kalau nggak salah. Padahal telaga warna malah enggak kelihatan
dari sini, ketutup tulisan. Harusnya yang disuruh bayar itu yang batu ratapan
angin, pemandangan ke telaga warna dari sini bagus banget. Pasti semua orang
mau antri bayar buat dapet pemandangan indah telaga warna dari atas.
Telaga Warna dari atas sini terlihat sangat
tenang. Hijaunya air dan pepohonan bikin damai. Ditambah terasering bukit-bukit
di kejauhan. Subhanallah, indah sekali alam ini. Betah sekali maen di Dieng
ini. Tapi kalau penuh orang dan foto-foto jadi susah itu bikin cepat bosan
juga. Mungkin karena aku suka tempat yang tenang. Plus lapar dan masih ada
tempat yang masih mau didatangi. Habis ini kita mau ke Bukit Sumurup yang jadi
tujuan utama ke Dieng kali ini. Perjalanan masih berlanjut…..
0 komentar: