Maafkeun Saya Pak Sultan :D
Setua ini baru kemarin saya bertandang ke Keraton Yogyakarta. Padahal tahun lalu maen ke Keraton Surakarta. Sebagai warga DIY saya merasa durhaka. Maafkeun saya nggih pak Sultan hehehe...
Pertunjukan terdiri dari 3 tari. Tarian pertama entah tari apa hahaha... Tarian kedua entah tarian apa hahaha... Tarian kedua terlihat lebih atraktif dan menarik. Sepertinya menceritakan peperangan karena ada adegan tusuk-tusukan pakai keris.
Setelah disuguhi tarian oleh wanita-wanita cantik, tarian ketiga dihadirkan oleh cowok kekar dan monyet putih. Si monyet naik-naik ke badan lawannya lagi. 3 pertunjukan tari kurang lebih memakan waktu 2 jam.
Selesai pertunjukan, kita masuk ke dalam keraton. Bentuk bangunan mirip dengan keraton Kasunanan Solo. Keraton Ngayogyakrta Hadiningrat lebih luas dari Keraton Solo. Di Keraton Solo harus melepas alas kaki ketika memasuki halaman Keraton. Sementara di Keraton Jogja alas kaki boleh dipakai.
Di bagian selatan dan timur, adalah bangunan-bangunan yang dipergunakan sebagai museum. Bagian paling sepi pengunjung adalah bangunan paling pojok timur. Bagian ini berisi lukisan-lukisan besar raja-raja Solo. Udah gelap, dingin, sepi, dipandangi raja-raja jaman dulu. Hiiiii.... Tapi enggak sehoror di Museum Kereta sih. Apalagi pas di bagian kereta jenazah itu. Hiiiii...
Ruang-ruang pameran kecil-kecil tapi banyak. Ada ruangan khusus kain-kain batik keraton. Kayak batiknya simbah. Warnanya coklat semua, motifnya kuno. Nggak kayak batik-batik jaman sekarang yang bagus-bagus dan berwarna-warni.
Berhubung punya teman cewek museum a.k.a Nias Uciyanti, jadi sering masuk museum. Di keraton malah lebih suka lihat arsitektur bangunan dan halaman keraton. Seneng lihat ada pohon mangga nanas. Mangga favorit. Tuh kan mangga ini emang mangga klasik. Udah ada dari dulu sebelum sebelum muncul mangga madu, mangga apel, dan mangga-mangga yang lain.
Berhubung sudah siang jadi udahan dulu. Lunas sudah janjiku mau maen ke keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Saya sudah jadi warga yang baik pak Sultan nggih.
Setelah disuguhi tarian oleh wanita-wanita cantik, tarian ketiga dihadirkan oleh cowok kekar dan monyet putih. Si monyet naik-naik ke badan lawannya lagi. 3 pertunjukan tari kurang lebih memakan waktu 2 jam.
Selesai pertunjukan, kita masuk ke dalam keraton. Bentuk bangunan mirip dengan keraton Kasunanan Solo. Keraton Ngayogyakrta Hadiningrat lebih luas dari Keraton Solo. Di Keraton Solo harus melepas alas kaki ketika memasuki halaman Keraton. Sementara di Keraton Jogja alas kaki boleh dipakai.
Di bagian selatan dan timur, adalah bangunan-bangunan yang dipergunakan sebagai museum. Bagian paling sepi pengunjung adalah bangunan paling pojok timur. Bagian ini berisi lukisan-lukisan besar raja-raja Solo. Udah gelap, dingin, sepi, dipandangi raja-raja jaman dulu. Hiiiii.... Tapi enggak sehoror di Museum Kereta sih. Apalagi pas di bagian kereta jenazah itu. Hiiiii...
Ruang-ruang pameran kecil-kecil tapi banyak. Ada ruangan khusus kain-kain batik keraton. Kayak batiknya simbah. Warnanya coklat semua, motifnya kuno. Nggak kayak batik-batik jaman sekarang yang bagus-bagus dan berwarna-warni.
Berhubung punya teman cewek museum a.k.a Nias Uciyanti, jadi sering masuk museum. Di keraton malah lebih suka lihat arsitektur bangunan dan halaman keraton. Seneng lihat ada pohon mangga nanas. Mangga favorit. Tuh kan mangga ini emang mangga klasik. Udah ada dari dulu sebelum sebelum muncul mangga madu, mangga apel, dan mangga-mangga yang lain.
Berhubung sudah siang jadi udahan dulu. Lunas sudah janjiku mau maen ke keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Saya sudah jadi warga yang baik pak Sultan nggih.
0 komentar: