Klaten, Kota Sejuta Umbul
Kota sejuta umbul. Ini julukanku sendiri sih buat kota Klaten. Banyak sih umbulnya, walaupun nggak ada sejuta sih, yang penting banyak deh
segerrrrrr |
Googling-googling nemu Umbul Manten di blog nya orang. Kok hijau? kesana ah, deket gini cuma di Klaten. Random banget emang tempat maen ku. Aneh-aneh terus
Perjalanan menuju Umbul Manten yang terletak di Polanharjo Klaten ini sama sekali nggak asing. Ini sih jalan ke rumahnya Nanda di Jatinom. Walah, deket gini sama rumahnya Nanda. Udah pasti mama Jojo ini belum pernah kesana.
Di pertigaan timur rumahnya Nanda kita belok kanan. Nggak lama kita ketemu Umbul Ponggok. Oh disini toh Umbul Ponggok yang terkenal itu. Rame bener. Dari pinggir jalan sih langsung kelihatan gitu kolamnya. Luas juga. Dilihat dari luar kayak kolam renang biasa. Ternyata dalamnya luar biasa ya. Bening dan keren deh pokoknya.
Sepanjang jalan banyak sekali tempat pemancingan di pinggir-pinggir jalan. Berarti memang ada banyak mata air sehingga mendukung kegiatan yang memerlukan banyak air. Hebat ya? padahal tempat ini masih jauh dari kaki gunung.
Umbul Manten terletak di pinggir jalan. Dari jalan udah kelihatan hijau-hijau. Nggak susah buat menemukan tempat ini. Umbul Manten ini ternyata memiliki 2 umbul atau mata air. Umbul Pelem terletak persis di sebelah parkir yang hanya di pinggir jalan. Umbulnya sendiri kecil, tidak terlalu besar. Dasar umbul tidak terlalu dalam. Banyak anak-anak yang mandi disini. Airnya bening banget
Sedangkan Umbul Peteng atau Umbul Wadon terletak di sebelah timur Umbul Pelem atau Umbul Lanang. Kok dinamakan lanang dan wadon? ada ceritanya kok, silahkan cari sendiri di internet
Diantara kedua umbul ini ada sawah luas yang terbelah oleh aliran-aliran air kecil. Sawahnya hijau oleh tanaman entah apa. Ada papan kecil dengan tulisan "dilarang menginjak dan mengorak-arik tanaman cenil". Owh, yang ditanam namanya cenil. Apaan tuh?kok kaya nama si monster di sekolah. Kalau dilarang berarti sawah itu milik pribadi ya?
Untuk menuju ke Umbul Peteng bisa lewat jalan yang lebih dekat di arah timur. Karena kita parkirnya di dekat Umbul Pelem jadi harus menyeberang sawah ini untuk sampai di Umbul Peteng. Agar tidak mengganggu tanaman, harus berjalan mengikuti aliran air. Setelah diamati lebih dekat ternyata ini tanaman selada air. Kok cenil sih?kalau dirumah ini namanya jembak. Enak buat dioseng-oseng. Yummy.... *doh puasa-puasa malah ngomongin makanan
Tanaman selada air ini bikin sawah terlihat hijau banget. Air yang mengalir juga bening dan dingin. Menyenangkan sekali main air disini. Jadi inget jaman-jaman kecil main air disungai. Aliran airnya pun bercabang-cabang. Jadi lucu bentuk sawahnya. Ada satu keluarga yang asyik berjongkon nyari udang. Udang mini kali ya?airnya kan kecil banget. Kalau ikan kecil-kecil sih banyak disini.
Sampai di Umbul Peteng ternyata ditarik retribusi. Kok di Umbul Pelem enggak ya? Umbul Peteng ini memang peteng alias gelap, karena dikelilingi pohon beringin. Meskipun gelap air biru jernih tetap kelihatan. Jernihnya...
Umbul Peteng ini lebih luas dan lebih dalam dibandingkan Umbul Pelem. Yang berenang disini pun orang-orang dewasa. Airnya melimpah ruah kata bapak yang narik retribusi. Kelihatan sih derasnya air yang keluar meunuju sungai. Air di sini dialirkan melalui pipa-pipa untuk kebutuhan sehari-hari penduduk disekitar sini. Meskipun dialirkan air yang di umbul ini tetap melimpah lho. Hebat ya.
Coba rumahku dekat sini, tiap sore pasti mandi disini. Sambil belajar renang hahaha...
Umbul Manten terletak di pinggir jalan. Dari jalan udah kelihatan hijau-hijau. Nggak susah buat menemukan tempat ini. Umbul Manten ini ternyata memiliki 2 umbul atau mata air. Umbul Pelem terletak persis di sebelah parkir yang hanya di pinggir jalan. Umbulnya sendiri kecil, tidak terlalu besar. Dasar umbul tidak terlalu dalam. Banyak anak-anak yang mandi disini. Airnya bening banget
Sedangkan Umbul Peteng atau Umbul Wadon terletak di sebelah timur Umbul Pelem atau Umbul Lanang. Kok dinamakan lanang dan wadon? ada ceritanya kok, silahkan cari sendiri di internet
Diantara kedua umbul ini ada sawah luas yang terbelah oleh aliran-aliran air kecil. Sawahnya hijau oleh tanaman entah apa. Ada papan kecil dengan tulisan "dilarang menginjak dan mengorak-arik tanaman cenil". Owh, yang ditanam namanya cenil. Apaan tuh?kok kaya nama si monster di sekolah. Kalau dilarang berarti sawah itu milik pribadi ya?
Untuk menuju ke Umbul Peteng bisa lewat jalan yang lebih dekat di arah timur. Karena kita parkirnya di dekat Umbul Pelem jadi harus menyeberang sawah ini untuk sampai di Umbul Peteng. Agar tidak mengganggu tanaman, harus berjalan mengikuti aliran air. Setelah diamati lebih dekat ternyata ini tanaman selada air. Kok cenil sih?kalau dirumah ini namanya jembak. Enak buat dioseng-oseng. Yummy.... *doh puasa-puasa malah ngomongin makanan
Tanaman selada air ini bikin sawah terlihat hijau banget. Air yang mengalir juga bening dan dingin. Menyenangkan sekali main air disini. Jadi inget jaman-jaman kecil main air disungai. Aliran airnya pun bercabang-cabang. Jadi lucu bentuk sawahnya. Ada satu keluarga yang asyik berjongkon nyari udang. Udang mini kali ya?airnya kan kecil banget. Kalau ikan kecil-kecil sih banyak disini.
Sampai di Umbul Peteng ternyata ditarik retribusi. Kok di Umbul Pelem enggak ya? Umbul Peteng ini memang peteng alias gelap, karena dikelilingi pohon beringin. Meskipun gelap air biru jernih tetap kelihatan. Jernihnya...
Umbul Peteng ini lebih luas dan lebih dalam dibandingkan Umbul Pelem. Yang berenang disini pun orang-orang dewasa. Airnya melimpah ruah kata bapak yang narik retribusi. Kelihatan sih derasnya air yang keluar meunuju sungai. Air di sini dialirkan melalui pipa-pipa untuk kebutuhan sehari-hari penduduk disekitar sini. Meskipun dialirkan air yang di umbul ini tetap melimpah lho. Hebat ya.
Coba rumahku dekat sini, tiap sore pasti mandi disini. Sambil belajar renang hahaha...
0 komentar: