PURA TANAH LOT
Gerimis dengan intensitas sedang di Kebun Raya Bali
berubah menjadi hujan lebat di tengah perjalanan. Meskipun kembali basah kuyup
tapi kita tetap semangat karena melihat langit di sebelah selatan Bali terlihat
panas dan cerah. Benar saja, semakin ke selatan gerimis semakin menipis dan reda.
Situasi menjadi aneh karena di tengah cuaca yang panas baju kita basah kuyup.
Kaki pun nyeker karena sepatu dilepas agar tidak basah. Dengan pedenya kita
berhenti di pom bensin dan memakai sepatu sembari diliatin sekompok bapak-bapak
yang sepertinya sedang touring. Ah kan tidak kenal samasekali, jadi ya pede aja
hihihi… Kalau lagi traveling emang malah bisa pede dengan alasan “ah kan tidak
kenal ini, bukan di daerah sendiri juga”. Rasa percaya diri bisa meningkat
beberapa persen Dalam perjalanan di siang yang terik ini dengan cepat
baju dan sepatu yang sempat basah cepat menjadi kering. Mungkin hujan dan
mendung gelap di utara memang mengusir kita untuk segera ke selatan ke tempat
main yang lain. Sekarang kita mau ke Tanah Lot, tempat wisata wajib jika ke
Bali. Ini juga untuk ke-dua kali saya ke Tanah Lot.
Menuju ke Tanah Lot jalannya kecil saja dan tidak
terlalu lebar. Ketika melewati perkampungan banyak rumah yang sedang ada hajat.
Setiap selang berapa rumah pasti ada hajatan. Ada yang menikah dan ada pula
yang meninggal. Karena bentuk “dekornya” sama semua saya jadi penasaran apa
antara acara sembahyang dengan acara nikah atau ada yang meninggal semua sama
ya? Karena yang paling menarik selama di traveling di Bali ini buat saya adalah
kehidupan religi umat Hindu disini. Terutama pura-pura kecil yang membuat
rumah-rumah tradisional disini jadi indah.
Dan setelah melewati jalan yang seperti tidak berujung
karena sering terhenti oleh banyaknya rumah atau banjar yang mengadakan acara
keagamaan, akhirnya kita sampai di Tanah Lot. Pintu masuk Tanah Lot sangat
padat oleh para pengunjung dan bus-bus yang berhenti menurunkan turis-turis
lokal. Bus-bus besar kembali jalan menuju parkir bus yang terletak di sebelah
parkir motor. Parkir motor pun penuh meskipun tidak sepenuh di mall …
Kebanyakan yang parkir motor adalah turis mancanegara meskipun atau beberapa
turis lokal juga. Pasti merekan seperti kita, traveling di Bali sewa motor
hehehe…. *sotoy
Dari parkir motor kita jalan menuju loket tiket
bersama kerumunan massa … Setelah membeli tiket untuk 2 orang, ternyata
kita masih harus jalan jauh untuk menuju ke pantai. Jalan menuju pantai
melewati kios-kios oleh-oleh. Seperti kalau kita keluar dari Borobudur,
Prambanan atau Gembira Loka Zoo yang pintu keluar melewati semacam pasar. Nah
ini masih jalan masuk untuk disuguhi toko-toko dengan berbagai macam jualan.
Silakan kalap bagi yang tidak tahan godaan hahaha… Saya kok tidak ingat dulu
melewati ini ya pas studi tour jaman SMA dulu? Cuma ingat pas di pantainya aja.
Pantai penuh sesak oleh pengunjung. Bahkan lebih ramai
dari Pura Ulun Danu. Dari atas terlihat pantai di bawah dipenuhi pengunjung.
Wah malas banget deh ramai begini. Nanti saja kita turun ke bawah. Kita ke
taman dulu saja. Taman pun penuh sesak oleh turis yang berteduh di bawah pohon.
Kita pun ikut duduk di pinggir taman. Yang penting teduh dan tidak panas.
Karena disini sungguh panas. Apalagi kita tadi habis dari utara yang dingin dan
juga kehujanan. Disini terpanggang sinar matahari. Mana tadi di Kebun Raya Bali
sepi banget. Disini penuh sesak. Jadi semakin nyata bedanya pantai dan gunung.
That’s why I like mountain, forest, national park, botanical garden, some green
place.
Karena ini pantai, yah saya bingung mau ngapain.
Jadinya cuma duduk-duduk aja disini, sambil ngemil dan minum yang banyak untuk
mengusir panas. Kegiatan paling menarik disini adalah mengamati tingkah-laku
turis lokal. Ternyata masih banyak wisatawan dalam negeri yang pengen sekali
foto dengan turis asing. Bule atau orang barat ya khususnya. Turis asing yang
lain mah enggak dilirik. Disebelah kiri saya ada ibu-ibu yang ngebet banget
pengen foto sama bule. Ada 2 pasang bule yang menolak ketika diminta foto
bareng si ibu. Saya setengah kasihan dan setengahnya lagi nahan ketawa
lihatnya. Setelah anaknya maju akhirnya dua pasang bule cewek mau foto sama si
ibu. Dari kejauhan terlihat sepasang bule yang dikerubuti turis lokal untuk
diajak foto. Bule cewek yang cantik sekali dan terlihat anggun dengan baik hati
mau berfoto walaupun langkahnya jadi sedikit-sedikit terhenti. Pasangan prianya
berjalan cepat di depannya demi menghindari ajakan foto. Kalau yang ini saya
jadi kasihan sama mereka. Niatnya mau refreshing di pantai malah jadi acara
sesi foto
Cukup lama kami duduk disini, sekitar setengah jam
karena bingung mau ngapain. Jauh-jauh maen ke Bali eh bingung mau ngapain
hahaha… Akhirnya foto-foto sebentar dengan background karang bolong. Kemudian
kami ke pantai di bawah, ke pura Tanah Lot. Pengunjung di bawah sudah tidak
seramai tadi karena sudah mulai sore. Sudah jan 4.30 sore tetapi cuaca masih
terang dan panas. Karena sore hari laut sedang surut sehingga bisa menyeberang
ke pura. Terlihat beberapa orang sedang beribadah di pura. Ular suci juga masih
ada disini. Dulu pas studi banding SMA kesini saya masuk ke gua dan melihat
ular suci itu seperti apa. Ternyata adalah ular laut. Padahal ular laut kan
berbisa tinggi ya. Kalau sekarang ularnya sudah ganti apa masih yang dulu ya?
Hmmmm…
Baru sebentar kita sudah bosan, hmm… Ini adalah
kelemahan saya tiap kali maen ke pantai. Akhirnya kita putuskan untuk pulang
karena hari juga sudah sore. Sudah jam 4.30 dan kita belum sholat .
Jalan keluar lagi-lagi melewati toko-toko souvenir, tapi bukan yang tadi.
Ternyata jalan masuk yang tadi memutar jauh. Kalau jalan keluar ini langsung
garis lurus menuju gerbang masuk sekaligus keluar. Jalan keluar tidak sama
dengan jalan masuk tadi. Jalan keluar agak sepi dan melalui sawah-sawah. Wah di
daerah pantai dan tempat wisata wajib seperti ini masih ada sawah. Saya salut.
Dari Tanah Lot menuju kota jalannya tidak terlalu
lebar. Dan macet total. Mobil bergerak merayap. Untunglah motor masih bisa
meneyelip dari sebelah kiri. Sungguh perjuangan sekali. Kita sudah ketar-ketir
mengingat hamper jam 5 dan kita belum sholat. Oh no…. di simpang 4 yang seperti
lumpuh saking banyaknya kendaraan kita ambil jalan ke kanan. Sementara untuk
menuju Kuta adalah jalan lurus yang terlihat macet sekali. Melewati jalan ini
kita diarahkan oleh GPS masuk-masuk ke perumahan dengan gang kecil-kecil.
Mentok di gang dan sampailah kita di masjid. Masjid ke 3 yang kita lihat selama
di Bali. Karena saya sedang tidak sholat, saya hanya bengong saja di halaman
masjid menunggu si Mas sholat. Terlihat 3 orang ibu-ibu berkerudung sedang
mengobrol. Sepertinya rumah mereka di perumahan ini.
Selesai sholat kita melanjutkan perjalanan kembali
menyusuri jalan yang bahkan lebih macet dari yang tadi. Tidak mau terjebak
macet yang berkepanjangan, kita ambil belokan ke kiri yang entah menuju kemana.
Setelah beberapa lama, kita ambil belokan ke kanan dan sampailah di jalan besar
yang menuju kearah Kuta. Disini sudah tidak macet, mungkin karena jalannya
lebar. Kita lurus terus menuju Denpasar, bukan kembali ke hotel. Ternyata si
Mas punya saudara jauh yang sudah lama tinggal di Denpasar. Jadi kita mau
mengunjungi mereka.
Baru kali ini lewat Denpasar pas malam hari, dari
kemarin pagi terus lewatnya jadi sepi. Malam hari jalannya ramai bener. Setelah
menunggu sebentar di pinggir jalan, kita dijemput dan dibawa masuk ke
jalan-jalan kecil hingga sampai di rumah saudara. Rumah disini adalah kamar,
jadi seperti kos-kosan begitu. Saudara jauh Mas ini bertiga, suami-istri dan
anak mereka 1. Dan tinggal di kamar yang sekecil ini selama bertahun-tahun.
Saya merasa kasihan tetapi mereka senang dan enjoy saja tinggal disini. Bahkan
kata si mbak, ketika mereka mudik ke Jawa ke rumah mereka yang luas, si mbak
malah merasa bingung mau ngapain dan pengen cepet-cepet balik ke Bali lagi.
Karena rumah berada di desa dan tidak ada apa-apa kata si mbak. Yah mungkin itu
“the power of wes biasa”. Si mbak ini merasa kesal kenapa kita berdua tidak menginap
di tempat mereka selama 6 malam di Bali ini. Ya ampun mbak, masa ya kamar
sekecil ini udah bertiga masih mau ditambah kita berdua. Mau tidur dimana kita?
Sementara kamar sudah penuh sesak oleh kasur dibawah, lemari, dan dapur serta
kamar mandi dalam. Kamar hotel kita saja masih lebih luas dari kamar ini
Anyway, kita makan ayam goreng dengan sambal mentah
yang enak tapi pedas. Ayamnya beli di warung orang Lombok gitu katanya. Duh
kenapa kita nggak makan ke warungnya aja ya? Kan bisa milih menu gitu. Siapa
tau ada ayam taliwang kan enak… Habis makan kita keluar dan pergi ke toko
oleh-oleh yang ditunjukkan si mas dan si mbak. Dari rumah, Putri anak mereka
yang berumur sekitar 6 tahun ikut di motor kita. Anaknya ceria dan super aktif
ngomong. Dia seneng banget ada tamu datang ke rumahnya. Kayaknya karena selama
ini memang nggak ada teman. Kasihan ya anaknya. Tapi ya sudah karena pilihan
orangtuanya merantau di Bali.
Menyusuri jalan-jalan di Denpasar malam hari ini
sungguh gila. Jalan di ibukota Bali ini sangat padat. Jalan kecil pun rame.
Sepertinya tidak ada jalan yang sepi. Setelah menyusuri jalan-jalan kecil,
sampailah kita di toko oleh-oleh Pandawa. Katanya kalau beli oleh-oleh mending
disini karena harganya lebih murah daripada di Khrisna. Dan juga yang punya
toko adalah orang Islam gitu. Saya masuk ke dalam toko dan langsung terganga.
Ya Allah ini tokonya malah lebih besar dari Khrisna, wow… Toko terdiri dari 2
lantai dan penuh dengan pengunjung. Waduh saya malah tambah pusing disini
karena barang yang dijual banyak banget. Eh kan kita cuma lihat-lihat aja,
nggak beli nggak papa. Ngapain pusing hahaha… Karena malah bingung akhirnya
kita keluar dan duduk-duduk di samping toko yang menyediakan tempat duduk dan
terdapat foodcourt juga.
Jam 8 malam, masih belum malam karena suasana sih
masih jam 7, kita pulang. Karena angin bertiup agak kencang dan mendung gelap
banget di sebelah barat, arah Kuta, arah hotel kita. Kan males banget deh kalau
kehujanan malam-malam. Oleh saudara kita diantarkan ke hotel melalui jalan yang
sempit-sempit walaupun ada beberapa yang familiar karena beberapa hari
sebelumnya lewat sini, terutama waktu susur sungai hari pertama disini. Karena
diantar saudara jadi dari Denpasar ke Kuta terasa sangat cepat hehehe…
terimakasih ya saudara, sampai berjumpa lain waktu, di jalan-jalan ke Bali yang
akan datang
0 komentar: